Wednesday, May 9, 2007

Gejolak Sejarah dalam Dunia Filateli








JAKARTA (LoveIndonesiaPhilately) - PRANGKO yang bergerak lewat kiriman suratpos dari suatu bangsa ke bangsa lainnya berperan sebagai duta kecil yang berjasa membangun persatuan antarbangsa menjadi semakin erat. Namun, hobi mengumpulkan prangko yang biasa disebut filateli, walaupun kelihatannya merupakan hobi dari orang-orang yang tergolong dalam kelompok damai, sesungguhnya memiliki sejarah yang bergejolak.
Beberapa kali desain prangko menyebabkan gelombang hebat serta menimbulkan kontroversi menuju perseteruan internasional yang serius. Misalnya, karena desainnya menggambarkan pulau atau batas negara yang berbeda dan merupakan rebutan antara dua negara. Bisa juga desainnya menggambarkan flora atau fauna dari suatu sukubangsa yang dalam prangko digambarkan sebagai kekayaan suku bangsa lainnya.
Ketika dinas pos pada tahun pada tahun 1840 memperkenalkan prangko pertama di dunia yang dikenal dengan julukan "Penny Black", diperlukan pengaturan lebih lanjut yang menyatakan bahwa surat yang ditempeli kertas tersebut biaya pengirimannya telah dilunasi oleh pengirim. Jadi si penerima tidak perlu ditagih biaya pengiriman lagi.
Tokoh reformasi perposan Inggris, Rowland Hill menerangkan bahwa prangko merupakan carik mungil prabayar dalam pengiriman surat. Rowland Hill kemudian diangkat menjadi kepala kantor pos dan mendapat penghargaan bangsawan atas jasa reformasi di bidang pos. Rowland Hill tidak mengira dan tidak sempat menyaksikan bahwa di kemudian hari, masyarakat akan mengumpulkan jutaan kertas kecil hasil pemikirannya. Kertas kecil itu telah menyempurnakan administrasi pos di dunia.
Ketika orang mulai mengumpulkan prangko bekas, biasanya untuk ditempelkan di dinding kamar, bagian atas meja dan menghiasi benda-benda, dinas pos memberikan perhatian dan melakukan pengamatan secara seksama. Pada tahun 1841 sebuah paket yang berisi sejumlah prangko bekas secara tidak sengaja terbuka di kantor pos. Kecurigaan pun mulai muncul dari dinas pos dan meminta polisi untuk memeriksa penerima paket itu, yaitu seorang guru wanita di Pulau Wight. Untunglah, wanita itu dapat menerangkan dengan baik tentang hobinya tersebut.
Beberapa kali dinas pos mencurigai orang yang mengumpulkan prangko Penny Black dalam jumlah yang banyak. Pengecapan prangko warna hitam seringkali tidak jelas, sehingga prangko tersebut dapat dipergunakan berulang-ulang. Penggunaan seperti ini akan sangat merugikan dinas pos. Untuk mencegah praktek-praktek seperti itu, dinas pos pada tahun 1841 menarik kembali penjualan prangko asli Penny Black dan menggantinya dengan penerbitan lain dan desain yang sama, tetapi dengan cetakan warna cokelat.


Pengawasan Ketat


Pada masa lalu, pemerintah dari negara-negara komunis telah mengeluarkan dekrit mengenai pembatasan pengumpulan prangko. Di beberapa negara tirai besi pengumpulan prangko dan organisasi yang berkaitan dengan itu dibatasi oleh suatu peraturan yang ketat. Kegiatan filateli dilakukan dibawah pengawasan yang ketat menteri kebudayaan dari negara-negara itu. Di beberapa negara komunis pertukaran prangko pernah dibatasi pada prangko-prangko yang secara resmi diajukan izinnya. Bila hal ini dilanggar akan mendapat hukuman yang berat. Mereka dilarang melakukan pertukaran prangko-prangko yang terdapat dalam black list.
Filatelis di negara-negara Eropa Timur pernah dilarang sama sekali untuk mengumpulkan prangko Jerman yang menggambarkan Adolf Hitler atau logo Nazi. Larangan serupa juga diberlakukan bagi negara-negara Eropa Barat yang desain prangkonya menggambarkan penentangan terhadap aturan komunis.
Sebaliknya, sensor filateli juga pernah muncul di Amerika Serikat (AS) yang melarang para filatelis mengimpor dan memperjualbelikan prangko dari Cina Komunis, Korea Utara, Vietnam Utara, dan Kuba. Satu agen prangko AS yang menangani pengapalan prangko Cina Nasionalis terkena imbas aturan Amerika Serikat pada tahun 1959 dan dihukum denda sebesar lima ribu dollar. Perang dingin menghadapi aturan filateli sungguh menggelisahkan para filatelis di negeri itu, demikian diungkapkan oleh seorang filatelis senior, Tjetjep Djuhanda.
Istilah-istilah filateli yang tidak biasa seringkali juga menarik perhatian dan kecurigaan pemerintah. Selama perang dunia II seorang agen filateli AS mengirim surat pos udara kepada rekannya di New Zealand yang berisi daftar penawaran prangko dari negara-negara Eropa. Rekan dari New Zealand segera merespon dengan mengirim telegram jawaban yang berbunyi; "Luxembourd Netherlands Okay Italy Unwatted Will Advice on France Germany". Adapun maksudnya, Luxembourd dan Belanda diminati. Prangko Italia tidak ada minat. Prangko Francis dan Jerman masih akan dipertimbangkan.

Bunyi telegram seperti itu di masa perang tentu sangat peka dan mencurigakan pemerintah. Kata-kata seperti itu dianggap info hasil intelejen mengenai situasi yang terjadi. Akibatnya agen-agen rahasia FBI menginterogasi habis-habisan agen filateli di New York itu.

Dicurigai FBI


Beberapa tahun kemudian, suatu kegiatan filatelis sangat menarik perhatian dan kecurigaan yang tinggi agen rahasia FBI. Hal yang dicurigai adalah hal yang baru di dunia filateli. Filatelis dicurigai adalah Joseph Eisendrath dari Hidhand Park, Illinois, seorang filatelis yang mengkhususkan diri mengumpulkan Crash Cover. Ini adalah sampul/amplop suratpos yang dikirim melalui pesawat terbang, namun pesawatnya jatuh atau mengalami kecelakaan lain. Sampul-sampul seperti ini biasanya diselamatkan dari kecelakaan pesawat terbang yang akhirnya sangat terkenal sebagai suatu cabang dari kelas aerophilately, yaitu crash cover.
Eisandrath senantiasa mencari dan mengikuti berita mengenai kecelakaan pesawat terbang di AS. Bila ia membaca ada kecelakaan pesawat terbang dan diduga didalamnya terdapat angkutan pos ia segera memasang iklan mini di beberapa surat kabar. Iklan mini tersebut berisi penawaran untuk membeli sampul-sampul surat yang diselamatkan dari musibah kecelakaan pesawat terbang itu. Dengan cara seperti itu, Eisendrath membangun koleksinya.
Pihak pos manapun senantiasa berusaha untuk meneruskan surat-surat yang terkena musibah itu ke alamat tujuan, atau mengembalikannya kepada si pengirim bila alamat tujuan tidak dapat terbaca. Surat dari musibah kecelakaan pesawat tersebut umumnya tidak utuh lagi terkena semprotan air, bercampur darah korban atau terbakar. Kepala kantor pos setempat memberikan catatan seperlunya bahwa surat tersebut rusak karena musibah penerbangan. Sampul-sampul seperti inilah yang diburu oleh filatelis kelas crash cover.
Dengan demikian riwayat hobi filateli di masa lalu cukup buruk dan menyimpan sejarah pahit bagi kaum filatelis. Namun, sekarang ini kegiatan filateli bukan kegiatan yang patut dicurigai. Kegiatan filateli memiliki dampak positip bagi penghobinya sendiri maupun bagi lingkungannya. Bahkan, kegiatan filateli mampu menciptakan berbagai lapangan kerja baru yang sangat bermanfaat dalam mengurangi jumlah pengangguran yang kian marak.
BUDI IMANSYAH S
Suara PembaruanLast modified: 6/1/05

No comments: